We will always try to update and open chapters as soon as possible every day. Thank you very much, readers, for always following the website!

Antara Dendam dan Penyesalan by Jus Alpukat

Bab 110
  • Background
    Font family
    Font size
    Line hieght
    Full frame
    No line breaks
  • Next Chapter

Bab 110

Bagi Olga, Selena adalah seseorang yang dipenuhi dengan sinar matahari. Sejak kecil dia

mendapat pendidikan yang baik, memiliki pandangan hidup yang benar dan memiliki adab yang

baik.

Dia tidak pernah meremehkan cara apa pun, meskipun terlahir dari keluarga kaya, dia tetap tidak

pernah meremehkan orang biasa. Dia percaya diri dan anggun, makanya tidak heran apabila Harvey

bisa menyukai gadis sepertinya.

Bagaimanapun dirinya yang seorang wanita saja juga bisa menyukainya. Seringkali penampilan

Selena yang sempurna membuatnya merasa tidak percaya diri.

Namun, wanita di hadapannya saat ini tidak memiliki bayangan Selena sedikit pun, dia seperti

menunjukkan perasaan. Olga yang melihatnya

boneka yang hancur, matanya yang indah.

merasa cemas.

“Selena, omong kosong apa yang sedang kamu katakan?”

Follow on NovᴇlEnglish.nᴇt

Selena menangis sambil tertawa seperti orang gila.

Beberapa foto ini sekali lagi mengguncang pondasi pandangannya dan membangun kembali.

Selena sekarang baru mengetahui bahwa menjadi baik adalah landasan untuk seseorang

menindasmu.

Dia menangis sambil berkata, “Dia sama sekali enggak akan membantuku mencari Leo, dia hanya

ingin mencari alasan untuk menindasku dan aku masih bersikeras menunggu ayahku bisa sadar.”

“Selena.”

“Aku seperti anjing peliharaannya, sesekali dia akan memberikanku sesuatu apabila suasana hatinya

senang, lalu aku harus berterima kasih padanya dan memohon padanya dengan hati-hati, agar tidak

menyinggung perasaannya. Mungkin baginya aku hanyalah badut, padahal sangat menderita tapi tetap

harus menyenangkannya, sedangkan dia bisa sesuka hati menabur rasa sakit padaku!”

“Selena, tenanglah.”

“Tenang? Olga, bagaimana aku bisa tenang? Jelas-jelas semua penderitaan yang kualami karena

mereka, tetapi kenapa yang mati aku bukannya mereka?”

Selena yang seperti ini membuat Olga merinding ketakutan.

“Selena, jangan pernah berpikir melakukan hal bodoh. Benar, aku akui Agatha memang bajingan,

tetapi anak itu tidak bersalah, jadi jangan melakukan sesuatu yang tidak masuk akal.”

3/2

Selena sudah kehilangan ibunya sejak lama, jadi dia dan ayahnya saling bergantung untuk hidup,

maka dari itu baginya keluarga jauh lebih penting dari segalanya.

Setelah itu dia punya anak dan anak itu adalah segalanya untuknya.

Dia mengira bahwa kematian ayah dan anaknya adalah kecelakaan, jadi dia tidak menyalahkan

Harvey atas semuanya.

Namun sekarang berbeda, kecelakaan berubah menjadi pembunuhan terencana. Mengancam dua

orang yang paling penting bagi Selena, tentunya hal ini tidak akan berakhir dengan baik.

Untuk mencegah terjadinya tragedi yang lebih besar, Olga hanya bisa terus menasihatinya.

Selena tersenyum padanya, “Olga, apa yang kamu pikirkan? Bagaimana mungkin aku menyakiti

anak itu?”

Follow on Novᴇl-Onlinᴇ.cᴏm

“Baguslah kalau begitu.”

Selena melihat sinar matahari yang terik di luar jendela, salju yang menumpuk di pohon mencair

di bawah sinar matahari, air salju mengalir turun dari atap.

Setetes demi setetes.

Seperti kebencian, kekecewaan yang terakumulasi, bahkan tetes demi tetes akan membentuk

sungai kecil.

Selena berkata dengan lirih, “Aku hanya penasaran, Harvey enggak merasa sedih saat anakku mati,

bahkan dia enggak pergi melihat tubuh kecil itu. Kalau Harvest yang mati, putra yang mirip dengannya,

apakah dia akan sedih?”

Begitu mendengar ucapannya, Olga merinding ketakutan, dia segera mencengkram lengan Selena

sambil menasihatinya.

“Aduh, Selena-ku yang bodoh, aku mohon padamu jangan punya pemikiran semacam ini. Mulutku

yang lancang, kelahiran kembali dan balas dendam hanyalah adegan dalam , kita enggak boleh

melakukannya. Meskipun Harvey seperti anjing, Agatha juga bajingan, tetap saja Harvest tidak

bersalah sama sekali, kamu juga pernah punya anak, ‘kan….’