We will always try to update and open chapters as soon as possible every day. Thank you very much, readers, for always following the website!

Antara Dendam dan Penyesalan by Jus Alpukat

Bab 543
  • Background
    Font family
    Font size
    Line hieght
    Full frame
    No line breaks
  • Next Chapter

Bab 543 Ada terlalu banyak emosi negatif terpendam dalam hati Selena. Harvey pun tahu, Selena masih sangat lemah saat ini dan emosi yang terlalu intens akan berdampak tidak baik untuknya, Harvey lebih takut dengan apa yang akan terjadi jika dia terus menahan perasaannya. Jadi, dia biarkan Selena melepaskan perasaannya.

Selena menangis sangat lama, hingga suaranya serak dan air matanya sampal mengering dan tak menetes lagi.

Kakinya yang menekuk untuk berlutut telah mall rasa.

Selena terisak dalam pelukan Harvey. Harvey tidak berkata apa-apa, hanya membelal halus punggungnya.

Usal cukup lama waktu berlalu, Harvey merasakan suasana hall Selena berangsur-angsur stabil.

Lantas, dia membantunya berdiri.

Follow on NovᴇlEnglish.nᴇt

Selena mengubah kesedihan dan kemarahan menjadi kekuatan. Harvey benar, tidak seharusnya dia mencari kematian.

Justru itu akan menggembirakan pelaku di balik semua ini. Dia ingin hidup, hidup dengan baik, supaya Selena bisa menampar balik segala macam penderitaan pada orang itu.

Selena menyeka air mata terakhir di sudut matanya. Mengamati mayat Lian, matanya kini dipenuhi tekad yang kuat.

Selena membuka kain putih itu lagi, memperlihatkan tangan Lian.

Gelang yang dianggapnya bagai harta yang sangat berhge® itu masih terpasang di pergelangan tangannya.

Pada hari itu, Lian berharap bisa membawa gelang ini pulang ke rumah. Tak pernah terbayangkan kalau gelang itu yang akan merenggut nyawanya.

Selena berkata, “Periksa gelang ini. Bongkar dan cari apakah ada sesuatu di dalamnya.” “Baik.” Selena kembali berujar lirih, “Kak Lian, nggak akan kublarkan kamu mati sia-sia. Aku bersumpah, selama aku masih hidup, aku akan menumpas darah Lewis untuk membalaskan dendammu. Jangan khawatir, aku akan menjaga keluargamu dengan baik. Nggak akan kublarkan siapa pun melukai mereka.” Harvey bertanya, “Kamu ingin memberi tahu keluarga Galendra?” “Kita nggak bisa menyembunyikannya selamanya. Aku nggak mau Llan pergi sendirian.” Beberapa hari, beberapa bulan, mungkin mereka masih bisa menyembunyikannya, tetapi tidak bisa sampai bertahun-tahun.

Lian adalah anak yang begitu patuh pada orang tua. Menghilang satu dua bulan saja pasti akan membuat keluarganya khawatir.

Lebih baik sakit sebentar daripada sakit berlama-lama.

Paling tidak, Jika keluarga Galendra diberi tahu sekarang, mereka masih bisa menyaksikan Lian terakhir kalinya dan mengantarkan Lian ke peristirahatan terakhirnya.

Ini lebih baik ketimbang melewatkan kesempatan melihat wajah putrinya untuk kali terakhir dan menyesalinya seumur hidup.

“Aku akan mengaturnya,” pungkas Harvey.

Harvey menggandeng Selena keluar, tetapi kaki Selena terpaku tak bergerak.

Dia berdiri di tempat, matanya menatap Harvey dengan lekat.

Follow on Novᴇl-Onlinᴇ.cᴏm

Mata kedua orang itu sama-sama berkaca-kaca. Selena ingin bicara, tetapi tidak bisa. Sorot matanya dipenuhi kesedihan.

Harvey mengenal dirinya dengan baik dan paham apa yang ingin Selena katakan.

“Anak-anak...” Suara Harvey juga serak, seolah-olah ada pisau yang mengganjal di tenggorokannya.

Selena mengangkat kepala dan menatapnya, kemudian bertanya lirih, “Mereka... di mana?” Pada akhirnya, kenyataan kejam ini harus dihadapi juga.

“Aku mencari tebing itu bersama beberapa orang, tapi nggak ada tubuh bayi di sana. Mungkin... seseorang mengambil mereka, mungkin juga membuang mereka ke laut.” “A-apa?” “Situasi malam itu kacau sekali. Tubuh mereka begitu kecil, mungkin para pembunuh ingin memusnahkan jejak sepenuhnya, sehingga mereka dibuang ke laut. Aku sudah memberi perintah pada orang-orang untuk mencari selama tiga hari dan tetap belum ada tanda-tanda,” jelas Harvey dengan rinci.

Wajah Selena yang sejak awal pucat menjadi makin layu. Dia mengangkat tangan untuk menutupi dadanya dan ingin bicara sesuatu, tetapi saat bibirnya terbuka, tidak ada satu pun kata mampu terucap.

Seluruh tubuhnya gemetar. Selena sendiri tidak tahu apakah itu karena sedih atau marah.

“Seli, tenanglah. Mereka baru enam setengah bulan dalam kandungan, terlebih lagi mereka kembar. Sekalipun mereka berakhir hidup, nggak ada yang bisa jamin mereka akan tetap bertahan. Kesehatanmu lebih penting.

Jaga tubuhmu baik-baik, kita masih bisa punya anak lagi di masa depan.” Selena tetap terdiam dan pingsan lagi dalam pelukan Harvey.