We will always try to update and open chapters as soon as possible every day. Thank you very much, readers, for always following the website!

Ruang Untukmu

Bad 973
  • Background
    Font family
    Font size
    Line hieght
    Full frame
    No line breaks
  • Next Chapter

Bab 973

Anita tiba–tiba bersemangat ingin menjahili Raditya lagi.

Setelah selesai dengan makan siangnya, dia memeriksa jam dan sudah menunjukkan pukul 2.30. Sudah waktunya

dia kembali ke kantor karena akan ada rapat dengan departemen yang membutuhkan kehadirannya.

Dengan begitu, Raditya mengantarnya sampai ke lobi kantor. Sambil memegang buket bunga, tiba–tiba dia merasa

bimbang. Haruskah saya membawa buket ini ke kantor? Jika saya bawa, ibu akan tahu kalau saya punya pengagum

rahasia. Jika tidak, berarti saya harus membuangnya, tetapi dia memilih sendiri bunga ini untuk saya. Saya tidak

bisa melakukannya.

Setelah berpikir sejenak, dia memeluk bunga itu dan turun dari mobil sebelum melambaikan tangan kepadanya.

“Sampai jumpa lagi.”

Raditya menyaksikan kepergiannya dengan berat hati. Baru setelah Anita menghilang di sudut lobi kantor, dia pun

menyalakan mesin mobilnya dan melesat pergi.

Namun, Darwanti, yang hendak turun dari mobil tidak jauh dari sana, menyaksikan seluruh adegan itu; dia melihat

Follow on NovᴇlEnglish.nᴇt

putrinya turun dari mobil SUV besar yang misterius, dengan membawa buket bunga di tangannya. Orang yang ada

di dalam mobil tampak enggan melepas Anita pergi karena menyaksikan sampai dia menghilang di sudut lobi.

Darwanti tersentak, dia tidak tahu bahwa ternyata Anita sudah mulai berhubungan dengan seseorang lagi.

Siapa dia? Bagaimana latar belakang keluarganya? Apakah dia seorang penipu serakah seperti Darma?

Dengan cemas dia turun dari mobil dan bergegas ke dalam kantor. Saat itu, Anita sudah menyembunyikan buket

bunga itu di belakang tirai. Karena ibunya tidak ada, dia memutuskan untuk menyimpannya diam–diam selama

yang dia bisa.

Meskipun begitu, saat hendak membaca beberapa dokumen di sofa, dia melihat Darwanti sudah kembali dan

seketika berdiri tegap. “Ibu, Ibu sudah kembali.”

Tatapan tajam Darwanti tertuju pada Anita saat menginterogasi, “Anita, Ibu lihat seorang laki–laki mengantarmu

pulang. Katakan pada Ibu. Apakah kamu sedang mengencani seseorang?”

Dada Anila sesak karena tidak menyangka Darwanti melihatnya turun dari mobil Raditya.

“Kamu membawa buket bunga. Di mana kamu menyembunyikannya? Apakah kamu akan membiarkan Ibu. tidak

tahu apa–apa?” Hubungan Anita sebelumnya membuat Darwanti tertekan. Kini, kecemasannya memuncak lagi

karena khawatir putrinya yang sangat berharga ini akan bertemu dengan laki–laki jahat yang suka menipu.

“Ibu, jangan khawatir. Dia bukan pembohong.” Anita menenangkannya.

“Kalau begitu, siapa namanya dan apa pekerjaannya? Apakah dia dari keluarga terpandang? Sejak kapan kamu

mengencaninya?” Darwanti membombardir Anita dengan sederet pertanyaan.

Anita menggigit bibirnya dan memohon, “Ibu, bisakah Ibu menanyakan hal itu nanti? Saya akan mengenalkannya

kepada Ibu kalau waktunya sudah tepat.”

“Anita, yang sebelumnya sudah cukup. Ibu harus tahu semua tentang laki–laki itu. Kamu tidak bisa

menyembunyikan apapun dari Ibu,” ujar Darwanti sambil duduk di sofa dengan wajah merengut.

“Ibu. Dia-

“Dia dari mana?”

“Dia tinggal di kota yang sama,” jawab Anita ragu.

“Apa pekerjaan keluarganya?”

“Keluarganya lebih kaya dari kita.” Anita merasa bersalah.

Darwanti terkejut mendengarnya. “Benarkah? Katakan pada Ibu. Apa marga keluarganya? Berapa usianya? Dan

Follow on Novᴇl-Onlinᴇ.cᴏm

siapa namanya?”

Darwanti berpikir sejenak, Begitu tahu namanya, saya harus memeriksa latar belakangnya. Anita masih muda dan

banyak hal yang tidak dia mengerti. Saya perlu mencari tahu lebih jauh tentang sejarah keluarga laki–laki ini. Ini

menyangkut masa depan Anita. Saya tidak boleh bertindak gegabah dan ceroboh.

Akan tetapi, Anita hanya menatap ibunya dalam diam.

“Baiklah, kamu tetap tidak mau bicara? Ibu memotret plat mobilnya dan akan meminta ayahmu untuk menyelidik.

Dengan kemampuannya, ibu tidak yakin ayahmu tidak bisa menemukan siapa laki–laki ini,” ucap Darwanti sambil

mengulurkan tangan untuk mencari ponselnya.

“Ibu, jangan! Akan saya ceritakan.” Anita segera menghentikannya.

“Jadi, siapa namanya dan apa pekerjaannya?” tanya Darwanti memaksa.

Anita mengambil napas dalam–dalam dan menundukkan kepala. Dengan mata tertutup, dia mengungkapkan

namanya dengan suara lantang. “Raditya Laksmana. Namanya Raditya Laksmana.”

Tuk!

Ponsel di tangan Darwanti meluncur dari jemarinya dan jatuh ke lantai. Wajahnya tampak terkejut sekaligus

bingung.