We will always try to update and open chapters as soon as possible every day. Thank you very much, readers, for always following the website!

Ruang Untukmu

Bad 979
  • Background
    Font family
    Font size
    Line hieght
    Full frame
    No line breaks
  • Next Chapter

Bab 979

“Kalau begitu, kita sepakat! Mari bertemu besok siang, akan saya ceritakan lebih rinci.”

“Baiklah.”

Ani menghela napas lalu menundukkan kepalanya melihat beberapa foto sebelum berhenti pada satu foto; foto

kelompok saat mendaki gunung dan seorang bocah laki–laki muda yang tampan sedang berdiri di sebelahnya. Eldy

adalah teman masa kecil yang sudah lama dia sukai. Namun, dia tidak pernah mengutarakan perasaannya

padanya setelah tahu bahwa dia dikejar–kejar gadis lain waktu itu. Tidak ingin merasa tidak nyaman lagi, maka dia

memutuskan untuk meninggalkan lingkaran pertemanannya itu.

Akan tetapi, akhir–akhir ini dia bertukar informasi dengan teman–temannya dan mengetahui kalau Eldy menolak

gadis yang mengejarnya dan bergabung dalam sekolah bisnis asing, melanjutkan studinya. Intinya, dia masih

lajang.

Ketika mendengar kabar itu, Ani hanya bisa mendoakan kebahagiaannya karena dia sudah bertunangan waktu itu.

Saat ini, harapannya itu muncul kembali.

Di Kediaman Maldino, Anita duduk di sofa sembari menyampaikan pesan dari Ani pada Guntur dan Darwanti.

Follow on NovᴇlEnglish.nᴇt

Meskipun kenyataan bahwa orang tuanya berpikir tidak perlu bagi mereka untuk ikut campur, mereka langsung

mendukung, dengan kerelaan Ani untuk berperan juga di dalamnya.

Anita kemudian naik ke lantai atas setelah berdiskusi, sementara Guntur, di sisi lain, sangat bahagia. “Saya tidak

menyangka putri kita akan dipilih menjadi menantu Keluarga Laksmana!” ujarnya ke istrinya.

“Tidak apa–apa merasa gembira, tetapi jangan sebarkan dulu hal ini,” Darwanti memberi saran. Sejujurnya, dia

juga sangat senang Raditya menjadi menantunya.

Pertama kali melihatnya, dia diam–diam berniat menjadikannya menantu, tetapi tidak pernah membayangkan jika

keinginannya itu akan menjadi kenyataan.

Begitu Anita kembali ke kamarnya, ponselnya berdering. Dia langsung bergegas mengangkatnya, berharap itu

adalah Raditya, tetapi ID penelepon memperlihatkan nomor tidak dikenal. “Halo. Dengan siapa ini?” Dia mengernyit

saat menjawab telepon itu.

“Halo, Anita. Ini saya, Darma. Saya ingin bertemu denganmu.” Suara laki–laki itu terdengar dari seberang jalur.

Suaranya memancing kemarahan Anita yang bertanya, “Berani sekali kamu menelepon saya?”

“Kamu jangan seperti ini, Anita. Bagaimanapun juga kamu sudah berhutang banyak pada saya atas apa yang

sudah saya lakukan untukmu selama bertahun–tahun!” Darma terdengar seperti sedang memerasnya.

“Apa maumu sesungguhnya?” Anita mendengus, matanya yang indah berubah dingin.

“Bagaimana kabarmu? Saya dengar kamu mengambil alih bisnis ilmu, Anita. Sekarang kamu adalah presdir

dengan kekayaan sekitar empat belas trilynn. Jadi begini! Saya ingin minta sepuluh milyar sebagai kompensasi atas

komitmen perasaan saya padamu selama bertahun–tahun; kalau tidak-

“Kalau tidak?” Anita mendengus.

“Kalau tidak, saya akan menyebarkan foto–fotomu di internet. Kamu tidak tahu berapa banyak fotomu

mengenakan piyama yang saya miliki. Hanya hutuh sedikit suntingan dan dengan kecantikanmu itu, yakin foto–foto

itu akan terjual mahal di berbagai situs,” ancamnya.

“Jangan coba–coba kamu berani melakukannya.” Tubuh Anita gemetar saat berbicara.

saya

“Saya menuntut uang sejumlah sepuluh milyar. Kalau tidak, saya akan melakukan apa yang saya katakan karena

tidak akan rugi apa–apa. Anita, saya benar–benar menyesal tidak bersenang–senang denganmu saat kita di luar

negeri. Saya tidak akan begitu perhatian padamu waktu itu kalau tahu kamu akan sekasar ini.”

Saat itu, wajah Anita berubah pucat karena marah. Dia bersyukur bajingan tengik itu tidak menyentuhnya; kalau

tidak, dia sudah menghancurkan hidupnya sendiri.

Follow on Novᴇl-Onlinᴇ.cᴏm

“Anita, saya ingin uang itu tersedia besok jam 3 sore. Kalau tidak… Hehe… Jangan salahkan saya atas apa yang

akan terjadi nanti.”

Tanpa ragu–ragu, Anita menutup telepon. Setelah itu, dia menekan nomor itu lagi, tetapi kali ini dia merekamnya.

“Kenapa kamu menutup teleponnya?” tanya Darma dengan curiga.

-Sepuluh milyar yang kamu inginkan, bukan?” Anita berkata dengan tegas jumlah yang diinginkannya.

“Sepuluh milyar tidak ada artinya untukmu, maka tentu saja, kamu pasti memilikinya. Keluargamu tidak akan rugi

hanya karena sepuluh milyar. Uang itu harus sudah dikirim ke rekening saya besok jam 3 sore,” ucapnya

mengingatkan, dengan jelas melonggarkan kewaspadaannya.

“Bagaimana saya bisa percaya kamu akan menghapus semua foto saya setelah saya kirim uang itu?” tanya

Anita.

“Kamu harus percaya pada saya. Saya akan menghapus semua fotomu begitu menerima uangnya,” ucap Darma

meyakinkannya.

“Saya tidak percaya denganmu.”

“Hmm, saya rasa kamu tidak punya pilihan lain. Saat ini foto–foto itu ada di tangan saya dan sudah saya edit

beberapa. Anita, tubuhmu itu pasti lebih sempurna daripada model ini. Apakah kamu ingin saya mengirimkan

beberapa agar kamu bisa melihatnya dulu?”