We will always try to update and open chapters as soon as possible every day. Thank you very much, readers, for always following the website!

Tidak Ada yang Tidak Mungkin, Jangan Pergi Full Episode

Chapter Bab 99
  • Background
    Font family
    Font size
    Line hieght
    Full frame
    No line breaks
  • Next Chapter

.

Bab 99 Pembuat Onar
Keheningan melanda di antara mereka. Finno membuka mulutnya, seketika Vivin berpikir dia ingin menanyainya lagi. Vivin lalu
mengira-ngira penjelasan di dalam kepalanya. Akan tetapi, Finno hanya berkata, “Beristirahatlah. Aku akan meminta Muti untuk
membawakan sup ayam ke sini.”
Vivin kaget. Dia mengangkat kepalanya melihat ke arah Finno. Di saat dia kebingungan karena Finno membiarkannya
mengangkat kepala, Finno telah menutup matanya dengan tangannya.
“Tidurlah. Kita akan bicara setelah kau bangun nanti.”
Suara Finno berat, dan meliwati telinga Vivin seperti bulu
yang lembut.
Vivin minum obat pereda nyeri, membuatnya sedikit mengantuk. Dia mengangguk dan tertidur
seketika.
Anehnya dia merasa bisa dengan mudah tertidur bila Finno berada di sampingnya.
Saat Vivin tertidur, dia merasakan sentuhan lembut di atas dahinya.
Lalu, dia mendengar helaan napas rendah.
“Vivin Wiliardi, apa yang harus kulakukan denganmu?”
Tidak lama setelah Vivin tertidur Noah sampai di rumah sakit. Dia juga membawa sup ayam buatan Muti.
“Tuan Normando, ini...” ucap Noah ketika ia memasuki kamar rawat inap dan Finno memintanya. untuk diam.

Tidak mengerti, Noah pun berputar dan menyadari bahwa Vivin sedang tertidur. Dia langsung menutup mulutnya dan mengikuti
Finno ke luar kamar.
“Coba, katakan,” kata Finno setelah mereka berada di koridor. “Apa kau sudah cari tahu bagaimana Vivin bisa terluka?”
“Ya, aku sudah tanya para penjaga. Banyak orang yang melihat juga.”

“Lalu, apa yang terjadi?”
“Perusahaan majalah baru saja membongkar kasus pabrik pengolahan makanan. Pabriknya bangkrut sehingga mereka tidak
bisa membayar pesangon untuk para pekerja. Pekerja yang depresi membalas dendam pada Fabian. Lalu...” Noah berhenti,
tidak yakin apa dia harus melanjutkan ucapannya.
Sorotan mata Finno meredup. “Lanjutkan.”
1/3
“Orang itu sebenarnya mengincar Fabian, tetapi Nyonya Normando lari ke arahnya untuk melindungi Fabian. Pekerja yang
depresi itu marah dan menusuk Nyonya Normando.”
Noah diam-diam mengamati setiap ekspresi Finno dengan cermat saat melaporkan. peyelidikannya.
Namun, Finno terlihat sangat tenang.
Noah bingung.
Dia pikir Tuan Normando sangat perhatian pada Nyonya. Apa dia salah sangka?
“Apa ada lagi?” kata Finno.
“Um... orang-orang yang melihat kejadian itu mengatakan bahwa Fabian sangat mengkhawatirkan Nyonya Normando yang
terluka.” Noah menambahkan. “Dia memeluk Nyonya Normando sepanjang jalan ke rumah sakit ini...”

Sorotan mata Finno semakin meredup.
“Ok, kau boleh pergi,” Finno tampak tidak terpengaruh pada laporan Noah itu.
Noah mengelap keringatnya. Dia mengangguk dan bersiap untuk pergi. Secara tidak sengaja dia. melihat ke arah pegangan
kursi roda Finno.
Sebelumnya Finno memegang erat pegangan kursi rodanya, tetapi sekarang dia melepaskan genggamannya. Noah terkejut,
pegangan kursi roda itu berubah menjadi cekung karena genggaman Finno yang kuat.
Saat Vivin terbangun, Finno masih berada di sebelahnya. Finno menuangkan kuah sup ayam dari termos di samping tempat
tidur. “Minumlah ini.”

Vivin mengangkat tubuhnya dengan satu tangan. Tangan kanannya terluka. Kemudian dia mencoba mengambil sup ayam itu
dengan tangan kirinya. Cukup kikuk karena dia tidak kidal. Finno sadar akan hal itu dan sedikit menaikkan alisnya. Dia
mengambil sendok yang ada di tangan Vinni. “Mari kubantu.”
Dia mengambil sesendok penuh sup, meniupnya perlahan untuk mengurangi panas, sebelum dia. sorongkan ke mulut Vivin.
Vivin terdiam.
Dia mau menyuapi aku?
Vivin sama sekali tidak menyangka akan menikmati perlakuan baik seperti ini. Namun, dia pun membuka mulutnya dan
menyeruput kuah sup itu dengan perlahan.
Entah mengapa Vivin gugup melirik ke arah Finno.
Isi hati Finno sulit dibaca karena dia selalu terlihat tenang. Vivin pun tidak yakin apakah dia
2/3
masih marah padanya atau tidak.
Saat dia berpikir apakah sebaiknya dia jelaskan bagaimana dia bisa terluka, Finno memecah keheningan. “Apa ada yang ingin
kau katakan padaku?”
Vivin tersenyum canggung.
Aku tidak bisa menyembunyikan apapun dari laki-laki ini.