Bab 1785
Lorenzo berlalu dengan cepat, Jeff menyodorkan sebuah handuk putih padanya, lalu dia mengelap darah segar
yang membasahi tangannya dengan teliti dan memberi perintah dengan nada dingin, “Bawa semuanya pergi.”
“Baik.” Jeff segera membantu pihak kepolisian untuk menyelesaikannya.
Jasper membawa Dewi mengikuti langkah Lorenzo dan pergi bersamanya.
Menerobos keluar dari hutan hingga mereka mencapai sebuah padang rumput.
Dewi terkesima saat melihat pemandangan di hadapannya.
Ada beberapa helikopter yang terparkir di padang rumput itu, juga ada beberapa mobil SUV yang bejejer di
kedua sisinya.
Ada puluhan pengawal yang berdiri menjadi dua barisan dengan rapi, lalu menunggu Lorenzo dengan hormat.
Dia yang berjalan dari arah datangnya sinar mentari terlihat bagaikan Dewa yang turun dari langit.
Cahaya keemasan menyinari tubuhnya dan memberikan aura mendominasi yang kuat padanya!
“Tuan!”
Semua orang membungkuk dan memberi hormat pada Lorenzo.
Sapaan yang serempak ini terdengar penuh rasa hormat dan segan, yang membuat keterkejutan di suasana
pagi ini.
Follow on NovᴇlEnglish.nᴇt
Dewi baru menyadarinya saat ini, ternyata tebakan ketua mafia itu sangat tepat, semua yang terjadi di malam
ini sudah berada di dalam rencana Lorenzo.
Sepertinya dia sudah menebak mafia itu akan menyerang sejak awal, maka sengaja menggiring mereka ke area
pinggiran yang sepi.
Dewi mengira kemampuan hebatnya yang telah menyelamatkan pria itu, tetapi sebenarnya anak buah pria itu
telah menyiapkan segalanya sejak awal.
Mereka hanya menunggu hingga anggota mafia itu muncul, lalu menghabisi semuanya sekaligus!
“Tabib Dewi, Tabib Dewi...."”
Dewi baru tersadar setelah Jasper memanggilnya dua kali, “Hm?”
“Masuklah ke mobil.” Jasper membukakan pintu mobil.
“Dia?” Dewi menoleh dan melihat Lorenzo yang naik ke helikopter, “Dia tidak pulang?”
“Masih ada yang harus Tuan urus, Tuan akan kembali saat malam!” ujar Jasper.
“Oh.” Dewi pun memasuki mobil.
Jasper dan Sonny juga menaiki mobil ini, lalu mobil pun dikemudikan menuruni gunung.
Helikopter yang ada di belakang juga mulai naik perlahan-lahan dan menerbangkan dedaunan, bunga dan
rerumputan yang ada di sekitar.
Dewi membuka jendela dan mengeluarkan kepalanya, lalu menengadah ke langit sambil menyipitkan
matanya.
Lorenzo yang mengenakan kacamata hitam terlihat sangat keren saat duduk di dalam helikopter.
Dia menatap ke arah pria itu dan samar-samar seperti merasa entah kapan dia pernah mengalami kejadian
yang sama.
Sepertinya pria itu juga ada di helikopter dan dia menatap pria itu perlahan pergi dari dalam hutan.
Tunggu sebentar.
Dia baru saja mengenal pria itu, bagaimana mungkin punya pengalaman seperti ini dengan pria itu?
Pasti dia yang tidak bisa berpikir jernih.
Dewi kembali memusatkan pikirannya, agar dia tidak berpikir sembarangan lagi.
Mobil dikemudikan dengan cepat, meski jalan gunung ini tidak rata, pemandangan di kedua sisi membuat
perasaan sangat nyaman saat melihatnya!
Awalnya Dewi ingin tidur, tetapi dia terpesona oleh pemandangan indah ini dan akhirnya bersandar di jendela
sambil menikmatinya.
“Tabib Dewi, terima kasih untuk kejadian semalam, tapi ada satu hal yang harus kukatakan padamu.”
Follow on Novᴇl-Onlinᴇ.cᴏm
Jasper menyodorkan sebotol air, lalu mengingatkan sambil tersenyum, “Ada beberapa hal meski sudah
melihatnya, tetap jangan menyebarkan dan menanyakannya lebih lanjut. Tidak ada untungnya bagimu kalau
mengetahui terlalu banyak ......”
“Omong kosong.” Dewi memotong perkataannya dan berkata dengan dingin, “Aku tidak tertarik pada hal-hal itu,
tapi aku telah menolong kalian semalam, tidakkah seharusnya memberikan sesuatu untuk berterima kasih?”
“Eh...."” Jasper termangu, ini pertama kalinya dia melihat gadis yang begitu lugas dan mencintai uang.
Namun, benar yang dikatakan Tuan, orang yang bisa diatasi dengan uang sangat sederhana.
“Terkait bayarannya sama sekali tidak masalah, nanti aku akan menanyakannya pada Tuan ...."
“Berikan beberapa puluh milyar saja.” Dewi menggoyang-goyangkan tangannya, seperti mudah diajak
berdiskusi, “Kita sudah begitu akrab, tidak perlu begitu perhitungan!”
“Eh ..."” Jasper tidak bisa berkata apa pun.
“Oh ya.” Dewi teringat sesuatu dan tidak bisa menahan diri untuk bertanya, “Bagaimana bisa pria itu memanggil
gerombolan serigala?”
“Tabib Dewi, kamu bisa memanggilnya Tuan seperti kami.” ujar Jasper mengingatkan dengan tegas.
“Aku juga bukan anak buahnya.” ujar Dewi enteng.
“Kamu menerima bayaran darinya, ini bisa dianggap hubungan atasan dan bawahan.” ujar Jasper dengan
logis.