Bab 124
Memikirkan hal itu, kepala Tracy menjadi sangat sakit. Tidak peduli lagi, sekarang dia bahkan tidak
mampu untuk membeli makan, mana ada tenaga untuk memikirkan pria…
Harus mencari cara untuk mendapatkan uang!
Saat dia sedang berpikir, tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu dari luar, “Nona, masih belum tidur,
kan?”
“Belum, masuklah, Bibi Juni,” jawab Tracy.
Bibi Juni membuka pintu dan masuk, sambil membawa beberapa selebaran, lalu berkata, “Nona,
besok Kelas Matahari mau pergi bertamasya. Hari ini harus ke sekolah untuk menandatangani surat
dan menyerahkan pembayaran. Nona atau aku yang pergi?”
“Bibi yang pergi saja. Lukaku masih sakit, ingin istirahat.” Tracy mengambil ponsel, berniat mentransfer
uang ke Bibi Juni. “Perlu bayar berapa?”
“Biaya satu anak sebesar 1,6 juta. Jika tiga anak, berarti 4,8 jutaBibi Juni menyerahkan sebuah kertas
padanya.
Saat melihat isinya, Tracy sangat tercengang. Taman kanak-kanak apa ini? Pergi bertamasya sehari,
satu anak harus membayar 1,6 juta? Apakah pergi bermain ke surga?
Melihat saldo rekening yang tertera di ponsel Tracy, Bibi Juni segera mengubah perkataannya, “Bibi
baru ingat, sebelumnya Nona memberiku uang untuk membeli perabot rumah, masih ada sisa 6 juta
Follow on NovᴇlEnglish.nᴇtyang belum digunakan. Bibi akan menggunakan uang itu dulu.”
“Aku tidak…”
“Nona, Bibi pergi ke sekolah dahulu. Nona beristirahatlah dengan baik. Setelah pulang, Bibi baru
memasak.”
Selesai bicara, Bibi Juni langsung pergi seperti bola yang melesat.
Melihat bayangan punggung Bibi Juni, Tracy merasa sangat bersalah. Sebelumnya, dia hanya
memberikan dua juta kepada Bibi Juni untuk membeli perabot rumah.
Bibi Juni membeli sebuah rak sepatu dan rak buku di pasar loak. Saat kembali, masih mengembalikan
600 ribu padanya.
Mana ada sisa 6 juta?
Jelas bahwa Bibi Juni menjual perhiasannya sendiri untuk menutupi pengeluaran keluarga.
Tracy merasa dirinya benar-benar tidak berguna. Selama bertahun-tahun ini, Bibi Juni sudah merawat
dia dan anak-anak dengan susah payah, tetapi dia tidak punya uang untuk memberikan gaji pada Bibi
Juni, malah sebaliknya Bibi Juni yang mengeluarkan uang…
Tracy merasa sangat bersalah. Dia pun segera membuka komputernya dan mencari lowongan
pekerjaan sambilan di internet.
Sekarang ada begitu banyak kesempatan. Asalkan rajin, maka tidak akan mati kelaparan.
Supir panggilan, mengantar makanan…
Sepertinya ini semua tidak bisa dilakukan, dia tidak punya mobil, bahkan motor listrik untuk mengantar
makanan pun tidak mampu dia beli.
Apa lagi yang bisa dia kerjakan?
Saat sedang berpikir, tiba-tiba dia melihat ada lowongan sebagai penyanyi di bar. Syaratnya adalah
berparas cantik, memiliki bentuk tubuh yang bagus, bisa bermain musik. Bayaran satu jam sebesar
560 ribu.
Bar ini baru dibuka, termasuk bar yang bersih. Orang-orang datang ke sana hanya untuk
mendengarkan musik, minum bir, mengobrol, bermain, dan sedikit bermesraan…
Sangat berbeda dengan Bar Kaisar yang biasa ia kunjungi.
Jadi, di bar seperti ini tidak akan ada masalah yang terlalu rumit.
Selain itu, tidak akan bertemu dengan “Gigolo Pelunas Hutang”.
Tracy segera membuat CV dan memasukkannya.
Sejak kecil, dia sudah belajar piano, sudah sampai di level 10, bahkan telah meraih banyak
perhargaan internasional. Hanya saja, itu semua hanyalah hobi.
Tidak pernah terpikir olehnya bahwa suatu hari dia akan mengandalkan hobi ini untuk mencari nafkah.
Setelah memikirkannya, Tracy menelepon ke nomor telepon yang tertera di kolom lowongan untuk
bertanya.
Mungkin karena itu adalah bar baru, sangat membutuhkan orang, maka pihak bar langsung
Follow on Novᴇl-Onlinᴇ.cᴏmmenanggapinya, “Malam ini sekitar pukul 8, kamu bisa datang untuk melakukan wawancara. Jika
wawancara lolos, malam ini juga kamu bisa langsung bekerja.”
“Apakah bayaran dibayar per hari?”
“Bisa dibayar per hari. Asalkan kamu berparas cantik dan bernyanyi dengan merdu, masalah bayaran
bisa dirundingkan.”
“Baik, malam ini pukul 8, aku akan datang tepat waku. Terima kasih!”
Baru saja dia mengakhiri panggilan telepon, dari luar sudah terdengar suara anak anak, “Mami, sudah
pulang?”
“Carlos, Carles, Carla, Roxy!”
Tracy segera keluar menyambut mereka.
“Mami!” Ketiga anak itu dengan cepat masuk ke pelukannya, bahkan Roxy berputar putar di atas
kepalanya sambil menyebut “Mami, Mami!”
“Carla, lagi-lagi kamu membawa Roxy pergi ke sekolah?”
Tracy memberikan kecupan di pipi mungil Carla yang tembam.
“Roxy bersembunyi di dalam tas sekolahku. Sesampainya di sekolah, aku baru menyadarinya.”
Carla mengerucutkan bibir merah muda mungilnya dan menjelaskan…
“Guru tidak menegurku, karena Roxy tidak memengaruhi teman-teman belajar. Roxy malah bermain
bersama teman-teman. Semuanya sangat menyukai Roxy.”